Kebaktian Umum Minggu, 24 Oktober 2021 - Oleh: Pdt. Jakson Rumagit
Misi: Memberitakan Belas Kasihan dan Murka Allah
Yunus:3:1-10
Pada pasal 2 kita telah belajar bahwa Yunus bertobat, selamat dari perut ikan, dibawa ke pantai. Di pasal 3 ini, Yunus kemudian pergi ke Niniwe untuk berkhotbah. Dia berjalan ke kota itu dan mulai berkhotbah: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan." Hal pertama yang kita
pelajari bahwa pertobatan adalah sebuah keniscayaan. Dan pertobatan adalah pintu kesempatan baru untuk kembali melayani. Murka Tuhan di dalam badai, adalah cara Tuhan menangkap dan membawa kembali Yunus pada jalannya yang semula. Badai bukanlah bab akhir dalam kehidupan
seseorang. Badai adalah titik kulminasi atau titik puncak Tuhan bekerja mengubah hidup seseorang. Belas kasihan Tuhan sering dinyatakan melalui murka atau kemarahan-Nya.
Demikian halnya dengan Niniwe. Kalimat "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikan" menyiratkan dua hal: Pertama adalah belas kasihan dengan memberi waktu (40 hari) dan kesempatan untuk bertobat; Kedua adalah akan ditunggangbalikan jika tidak bertobat dari cara dan jalan yang lama. Pada kenyataannya, Niniwe bertobat. Reaksi Yunus sangat
terkejut. Orang-orang Niniwe tidak mengolok-olok dia bersama berita yang disampaikannya. Orang Niniwe tidak memburu dan melukainya dengan kejam. Namun sebaliknya, seluruh penduduk kota mendengarkan dan bertobat. Kata Ibrani untuk bertobat "shub", yang artinya berbalik, muncul 4
kali dalam ayat 8-10. Berlawanan dengan semua perkiraan, kota Niniwe yang kejam dan kuat memakai kain kabung - tanda pertobatan massal. Dan mereka melakukannya dari "orang dewasa sampai anak-anak" (ayat 5) dan dari lapisan sosial paling atas sampai bawah.
Misi pada dasarnya adalah memberitakan tentang Allah yang baik. Allah yang baik adalah Allah yang di satu sisi penuh dengan kasih dan di sisi yang lain adalah benar. Menghilangkan salah satunya sisi adalah tidak mungkin. Yunus mengalaminya. Niniwe juga mengalaminya. Kita juga mengalaminya berkali-kali. Dan sekarang waktunya kita memberitakan itu kepada orang
lain. Kematian Tuhan Yesus di kayu salib adalah peristiwa di mana kasih dan murka Allah berjumpa, agar manusia bisa memperoleh kesempatan mendapatkan keselamatan kembali. Inilah yang kita beritakan dalam bermisi. Amin. (Jakson Rumagit)