Kebaktian Umum Minggu Adven III GKMI Gloria Patri – Oleh: Pdt. Yusuf Gunawan


Kebaktian 12 Dec 2021

Hati Simeon dan Hana
Lukas 2:25-38

Pada umumnya, tokoh Simeon dan Hana digambarkan sebagai keteladanan pribadi yang telah berusia tua dan sabar dalam penantian kedatangan Mesias, yakni masa penghiburan atau kelepasan bagi bangsa Israel.

Namun sesungguhnya ada satu hal yang amat penting untuk kita pahami dari pribadi Simeon dan Hana yang dapat mempertajam sudut pandang kita tentang Yesus dan yang juga akan menggugah kita menjadi penyembah-penyembah Yesus dengan lebih bergairah, yakni: Bagaimanakah mereka (Simeon dan Hana) bisa dengan yakin 100% mengenali bayi Yesus adalah pribadi Mesias? Mengapa mereka berdua dapat sedemikian spontan dan akurat menyatakan tentang Yesus sebagai penggenapan atas janji kedatangan Mesias dengan sempurna?

Mengapa mereka? Apakah karena hanya mereka berdua yang menantikan hari penghiburan atau kelepasan bagi Israel? Apakah karena Simeon adalah seorang yang benar (righteous) dan saleh (devout) serta mendapatkan jaminan dari Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum bertemu Mesias? Apakah karena Hana adalah seorang nabiah yang sudah tua dan tidak pernah
meninggalkan Bait Allah? Jika hal-hal ini menjadi persyaratannya, maka siapakah yang dapat hidup seperti mereka? Atau, siapakah diantara kita yang berani berkata bisa untuk meneladani pola hidup mereka, misalnya; ketuaan mereka, kesabaran mereka, kekuatan mereka sehingga dapat mengenali ke-Mesias-an Yesus?

Namun kita bersyukur bahwa Alkitab memberikan jawabannya! Simeon dan Hana sama seperti Petrus dapat menyingkapkan dengan akurat tentang keotentikan Yesus adalah Mesias hanya oleh karena Allah Bapa-lah yang mewahyukannya atau menyingkapkannya kepada mereka (Matius 16:17).

Sebab itulah mengapa setiap kita terpanggil agar senantiasa "dipenuhi oleh Roh Kudus", yakni peka dengan pimpinan Roh Kudus (Efesus 5:18), dan menjadikan "tubuh" kita, yakni kehidupan kita dalam dunia ini, sebagai "persembahan yang hidup", yakni kesaksian hidup tentang kehadiran Allah. Karena dengan demikian, kita baru bisa dimampukan untuk mengerti kebenaran dan kehendak Allah (Roma 12:1-2, Efesus 5:17-19), Sama seperti Rasul Paulus dapat dengan akurat menyatakan isi Injil oleh karena ia menerimanya semata-mata dari pewahyuan, yakni penyataan, dari Yesus Kristus secara pribadi (Galatia 1:12), demikian juga setiap orang dapat mengaku bahwa "Yesus adalah Tuhan" adalah hanya dimungkinkan oleh karena penyingkapan dari Roh Kudus (1 Korintus 12:3), yakni tentang pribadi dan karya Yesus dengan benar dan yang menggairahkan jiwa kita (2 Timotius 1:12, Yohanes 16:13).

Jadi, apabila kita mau berpola hidup sama seperti Simeon dan Hana yang "dipenuhi oleh Roh Kudus" dan mempersembahkan tubuh kita sebagai "persembahan yang hidup", maka kita pun juga pasti digairahkan untuk hidup dalam "kesalehan" (kehidupan spiritual; ibadah dan pelayanan) yang produktif, yakni kesalehan hidup yang menghadirkan sukacita, damai sejahtera dan kasih dimanapun kita berada (Kolose 3:16-17).

Dan seperti halnya Simeon dan Hana, kita juga dapat menyatakan tanda atau karakter sebagai seorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus atau memiliki panggilan kenabian (Lukas 2:25,27, 36), apabila kita adalah seorang pribadi yang menghayati Firman Allah. Karena tatkala Firman Allah memenuhi hati kita, maka hati kita menjadi seperti "Bait Allah" dimana suara Roh Kudus akan lebih mudah terdengar dan memimpin kita, sehingga kita dimampukan untuk memiliki kepekaan roh untuk mengenali, memahami dan menyatakan kebenaran tentang Yesus dan kehendak-Nya (Lukas 2:29-32,38).

Demikian juga, seperti halnya Simeon dan Hana, kita juga dapat "menatang" (meninggikan, mengakui) Yesus dan "berbicara" (bersaksi) tentang Yesus, apabila kita tetap setia menjalankan panggilan kita masing-masing walau harus dalam kesendirian atau kesepian dalam kurun waktu yang tak menentu tanpa dikenal oleh banyak orang atau istilah kekiniannya hanya mendapat sedikit "likes" atau "follower" bahkan nihil dari para "netizen" (sesama jemaat, rekan pelayanan atau keluarga). (Pdt. Yusuf Gunawan)

~ Soli Deo Gloria ~