Kebaktian Umum GKMI Gloria Patri Minggu, 3 Juli 2022 - Oleh: Ev. Andrey Thunggal


Kebaktian 03 Jul 2022

Sendiri yang Berarti
1 Korintus 7:7-8; 32-34a

Apakah Anda pernah mendengar pertanyaan orang yang begini: "Kok umur segini belum nikah?" Ataukah Anda mendengar ujaran orang seperti ini: "Wah, sayang ya baru umur segini udah menjanda...." Atau pula yang ini: "Sstt.. dia kan nggak nikah, hati-hati ya..." Ujaran-ujaran demikian biasanya membuat sebagian besar orang menjadi terganggu, apalagi generasi milenial yang sangat sensitif dengan isu kesendirian ini. Konstruksi sosial yang berlaku di budaya kita memang mengharuskan bahwa hidup yang normal itu adalah ketika seseorang berpasangan atau menikah. "Kalau udah gede, nanti pacaran, lalu menikah, dan punya anak." Lantas bagaimana jika tidak berpasangan? Bagaimana jika tidak menikah? Keadaan ini dianggap sebagai sebuah kerugian, bahkan dalam beberapa kasus dianggap sebagai kutukan.

Hal ini sesungguhnya tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Di dalam 1 Korintus 7 Paulus menuliskan panjang lebar soal realitas pernikahan yang berada di tengah jemaat Korintus. Secara khusus Paulus menyoroti soal keadaan sebagian kecil jemaat yang tidak menikah. Dalam hal ini Paulus mengingatkan bahwa mereka yang tidak menikah supaya "baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku." Secara tradisi, Paulus memang dikenal sebagai seorang rasul yang melayani Tuhan dengan sepenuh dirinya, bahkan ia pun tidak menikah. Dapat dikatakan bahwa Paulus memang mengkhususkan diri untuk tidak menikah, dan berfokus pada misi pekabaran Injil bagi kaum non-Yahudi. Karena itulah Paulus mengingatkan bahwa kesendirian bukanlah sebuah kerugian, melainkan sebuah kesempatan untuk melayani Tuhan dengan penuh fokus. Orang yang tidak beristri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya
(ay. 32).

Tentu saja hal ini bukan berarti bahwa orang yang menikah tidak dapat melayani Tuhan. Sangat mungkin sekali, bahwa dua orang yang mengasihi Tuhan, akan semakin efektif melayani Tuhan dalam sebuah pernikahan bukan? Namun tentu yang Paulus sampaikan di sini bukanlah lebih baik sendiri atau menikah, melainkan bagaimana hidup yang secara utuh dipersembahkan untuk melayani Tuhan. Jadi baik menikah atau belum menikah, ataukah bahkan jika nanti tidak menikah; hidup haruslah tetap bermakna dan melayani Tuhan.

Apalagi kondisi pandemi Covid-19 belakangan ini memukul sebagian besar kita, bahkan ada pula di antara kita yang mungkin kehilangan pasangan kita. Tidak dapat dipungkiri, ada rasa kesepian karena selama ini kita terbiasa hidup bersama pasangan. Namun sekali lagi, baik berpasangan atau tidak, hidup ini akan berarti ketika kita arahkan untuk melayani Tuhan. Tuhan memberkati kita semua.