Kebaktian Umum Minggu, 14 November 2021 - Oleh: Pdt. Jakson Rumagit


Kebaktian 14 Nov 2021

Memilih Setia Kepada Tuhan
2 Raja-Raja 18:1-6

Sebuah penelitian mengatakan bahwa setiap orang memilih dan membuat keputusan sebanyak 35 ribu kali setiap hari dalam hidupnya. Keputusan-keputusan yang dipilih berkenaan dengan hal-hal seperti: pakaian apa yang akan dikenakan pada hari ini, tugas apa yang akan dikerjakan lebih dulu untuk memulai hari, dengan siapa saja kita akan terlibat secara sosial hari ini, berapa banyak uang yang akan dibawa dan dikeluarkan hari ini, rute mana yang akan diambil untuk tiba ke tempat kerja, dan masih banyak lagi. Hidup selalu dihadapkan dengan banyak pilihan dan keputusan. Namun, dalam hidup ini ada salah satu hal penting yang tidak bisa kita pilih, yaitu: dari keluarga mana kita dilahirkan. Suka tidak suka, ya kita hanya menerima kelahiran kita. Walaupun demikian, mau menjadi seperti apa hidup yang akan kita jalani ke depan, adalah sesuatu yang berbeda.

Sama halnya dengan Hizkia. Ia lahir di dalam keluarga yang jahat di mata Tuhan, namun tidak membuatnya mengikuti jejak iman yang ditinggalkan ayahnya, raja Ahas. Ia memilih setia kepada Tuhan daripada membiarkan dirinya berkompromi dengan dosa dan mengikuti sistem kehidupan yang buruk dan jahat di hadapan Tuhan. Alkitab memberi kesaksian tentang Hizkia, "Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya" (18:3).

Dari ayat ini maka kita mempelajari dua hal yang menjadi landasan bagi Hizkia dalam memilih jalan hidupnya. Pertama, Tuhan adalah Pusat Hidupnya. Kedua, Daud adalah Mentor dan Teladan Hidupnya.

Kita tidak perlu menyalahkan keadaan sekeliling kita yang buruk dan jahat. Pilihan ada di tangan kita sendiri. Kitalah yang memutuskan, berpusat kepada Allah atau masalah, melekat kepada Tuhan atau terikat oleh dunia. Jika kita bertekad untuk memilih setia kepada Tuhan maka yakinlah bahwa Dia akan menyertai kita.

Yesus adalah Pusat dan Teladan hidup kita. Di akhir hidup-Nya, Ia pernah dihadapkan kepada pilihan dan keputusan yang sulit. Kalau boleh, kata-Nya, cawan pahit penderitaan dilalukan dari pada-Nya. Namun, Ia memutuskan memilih berpusat kepada Bapa dan kehendak-Nya. "Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki" (Markus 14:36).